Jumat, 10 Februari 2012
Tahap Perkembangan Usia Mempengaruhi Oksigenasi Jaringan
A. Bayi
Prematur
Secara
fisiologis, kondisi bayi prematur adalah sebagian masih sebagai janin dan
sebagai bayi baru lahir. Bayi pematur yang dilahirkan dalam usia gestasi <37
minggu mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit yang berhubungan dengan
prematuritas, seperti sindroma gangguan
pernafasan diopatik (penyakit membran hialin). Respiratory Distress Syndrome
(RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan
sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi
yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi dari RDS disebabkan
adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya
menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi
surfaktan.
B. Bayi
dan Toddler
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar
yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi
memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada
waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang
dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Bayi dan todler berisiko mengalami infeksi saluran
napas atas. Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang
kongesti nasal, yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi
terjadinya infeksi saluran pernapasan.
C. Anak
usia sekolah dan remaja
Pada usia remaja kapasitas
paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun; anak
laki-laki mencapat tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian, satu atau
dua tahun setelah usia anak perempuan.
Anak usia sekolah dengan remaja terpapar pada
infeksi pernapasan dan faktor-faktorrisiko pernapasan, misalnya mengisap rokok
dan merokok. Anak sehat biasanya tidak mengalami efek merugikan akibat infeksi
pernapasan. Namun, individu yang mulai merokok pada usia remaja dan
meneruskannya sampai usia dewasa pertengahan mengalami peningkatan, risiko
penyakit kardiopulmonar dan kanker paru.
D. Dewasa
muda dan dewasa pertengahan
Daya
tahan kardiorespirasi meningkat dari masa anak-anak dan mencapai puncaknya pada
usia 20 – 30 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 19 – 21 tahun. Sesudah usia
ini daya tahan kardiorespirasi akan menurun. Penurunan ini terjadi karena paru,
jantung dan pembuluh darah mulai menurun fungsinya. Kecuraman penurunan dapat
dikurangi dengan melakukan olahraga aerobik secara teratur. Masalah pernafasan pada usia dewasa dapat dikarenakan
diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru-paru.
E. Lansia
Perubahan
fisiologi paru-paru pada lansia dipengaruhi adanya
proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas
menurun, ekspansi paru menurun
1.
Dinding
dada
Tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang
rawan mengalami osifikasi, perubahan bentuk dada. Sudut epigastrik relative
mengecil dan volume rongga dada mengecil.
2. Otot-otot pernafasan
Mengalami
kelemahan akibat atrofi.
3. Saluran pernafasan
Akibat kelemahan otot, berkurang jarinagn
elastic bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin tulang
rawan bronkus mengalami perkapuran.
4. Struktur jaringan parenkim
Bronkiolus,
duktur alveolaris, dan alveolus membesar secara progresif terjadi emfisema
sinilis. Struktur kolagen dan elastin di dinding saluran nafas perifer kualitas
berkurang sehingga menyebabkan elasitasnya jaringan parenkim berkurang.
Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru pada usia lanjut dapat karena
penurunannya tegangan permukaan akibat pengurangan daerah permukaan alveolus.
5. Volume dan kapasitas paru menurun, hal ini
disebabkan karena beberapa factor :
1.
Kelemahan
otot nafas
2.
Elastisitas jaringan parenkim paru menrun
3.
Resistensi
saluran nafas (menurun sedikit).
Secara
umum dikatakan pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru.