Pages

Jumat, 10 Februari 2012

http://www.ziddu.com/download/18575236/5CaraHindariKankerPayudara.doc.html
http://www.ziddu.com/download/18575212/LangkahMudahLakukanDietDiabetes.doc.html

Tahap Perkembangan Usia Mempengaruhi Oksigenasi Jaringan


A.     Bayi Prematur
Secara fisiologis, kondisi bayi prematur adalah sebagian masih sebagai janin dan sebagai bayi baru lahir. Bayi pematur yang dilahirkan dalam usia gestasi <37 minggu mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit yang berhubungan dengan prematuritas, seperti  sindroma gangguan pernafasan diopatik (penyakit membran hialin). Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan.

B.     Bayi dan Toddler
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal.
Bayi dan todler berisiko mengalami infeksi saluran napas atas. Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi berkembang kongesti nasal, yang memungkinkan pertumbuhan bakteri dan meningkatkan potensi terjadinya infeksi saluran pernapasan.

C.     Anak usia sekolah dan remaja
Pada usia remaja kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas tahun; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian, satu atau dua tahun setelah usia anak perempuan.
Anak usia sekolah dengan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan faktor-faktorrisiko pernapasan, misalnya mengisap rokok dan merokok. Anak sehat biasanya tidak mengalami efek merugikan akibat infeksi pernapasan. Namun, individu yang mulai merokok pada usia remaja dan meneruskannya sampai usia dewasa pertengahan mengalami peningkatan, risiko penyakit kardiopulmonar dan kanker paru.


D.     Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Daya tahan kardiorespirasi meningkat dari masa anak-anak dan mencapai puncaknya pada usia 20 – 30 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 19 – 21 tahun. Sesudah usia ini daya tahan kardiorespirasi akan menurun. Penurunan ini terjadi karena paru, jantung dan pembuluh darah mulai menurun fungsinya. Kecuraman penurunan dapat dikurangi dengan melakukan olahraga aerobik secara teratur. Masalah pernafasan pada usia dewasa dapat dikarenakan diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.

E.     Lansia
Perubahan fisiologi paru-paru pada lansia dipengaruhi adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosclerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun
1.      Dinding dada
 Tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang rawan mengalami osifikasi, perubahan bentuk dada. Sudut epigastrik relative mengecil dan volume rongga dada mengecil.

2.   Otot-otot pernafasan
Mengalami kelemahan akibat atrofi.

3.   Saluran pernafasan
 Akibat kelemahan otot, berkurang jarinagn elastic bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil. Cincin tulang rawan bronkus mengalami perkapuran.

4.   Struktur jaringan parenkim
Bronkiolus, duktur alveolaris, dan alveolus membesar secara progresif terjadi emfisema sinilis. Struktur kolagen dan elastin di dinding saluran nafas perifer kualitas berkurang sehingga menyebabkan elasitasnya jaringan parenkim berkurang. Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru pada usia lanjut dapat karena penurunannya tegangan permukaan akibat pengurangan daerah permukaan alveolus.

5.   Volume dan kapasitas paru menurun, hal ini disebabkan karena beberapa factor :
1.      Kelemahan otot nafas
2.       Elastisitas jaringan parenkim paru menrun
3.      Resistensi saluran nafas (menurun sedikit).
Secara umum dikatakan pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru.

Jumat, 27 Januari 2012

Makanan Terbaik untuk Ibu Menyusui

Sebagai ibu baru, salah satu hal terbaik yang dapat dilakukan untuk diri sendiri dan bayi adalah mengonsumsi makanan yang sehat. Ibu baru dapat secara teratur mengonsumsi makanan yang meningkatkan energi. Sehingga akan memberikan stamina yang dibutuhkan untuk menjadi ibu terbaik.

Mengonsumsi makanan yang kaya gizi pada interval yang teratur sepanjang hari dapat memaksimalkan energi sebagai ibu baru. Dan untuk ibu menyusui, penting untuk mengetahui bahwa kualitas ASI tetap hampir sama tidak peduli apa yang dipilih untuk dimakan.

Sehingga jika ibu menyusui tidak mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan dari diet sehari-hari, maka akan mengambil simpanan nutrisi dalam tubuh. Maka sebaiknya ibu menyusui memperhatikan keseimbangan asupan makanan sehari-hari untuk menunjang nutrisi yang dikeluarkan dalam bentuk ASI untuk bayi.

Berikut 12 makanan yang baik untuk dikonsumsi ibu menyusui seperti dikutip dari WebMD, Jumat (27/1/2012) antara lain:

1. Ikan salmon

Ikan salmon, seperti ikan berlemak lainnya, sarat dengan jenis lemak yang disebut DHA. DHA sangat penting untuk perkembangan sistem saraf bayi. Semua ASI mengandung DHA, tetapi tingkat nutrisi penting ini lebih tinggi pada ASI yang mendapatkan DHA lebih dari diet sehari-hari ibu.

DHA dalam ikan salmon juga dapat memperbaiki suasana hati. Hasil studi menunjukkan bahwa, DHA memainkan peran dalam mencegah depresi pasca melahirkan. Pedoman FDA mengatakan ibu yang menyusui harus membatasi konsumsi ikan rendah merkuri sampai 12 ons per minggu. Salmon dianggap memiliki kadar merkuri rendah bila dibandingkan dengan jenis ikan lainnya.

2. Produk susu rendah lemak

Produk susu adalah bagian penting dari bahan makanan bagi ibu menyusui yang sehat. Selain menyediakan protein, vitamin B, dan vitamin D, produk susu adalah salah satu sumber kalsium terbaik. Jika menyusui, susu yang sarat dengan kalsium dapat membantu perkembangan tulang bayi.

Salah satu cara untuk melakukannya adalah dengan menyertakan setidaknya 3 cangkir susu setiap hari sebagai bagian dari diet.

3.Daging sapi tanpa lemak

Bila sedang mencari makanan untuk meningkatkan energi sebagai ibu baru, maka sebaiknya mencari makanan yang kaya zat besi, seperti daging sapi tanpa lemak. Kekurangan zat besi dapat menguras energi. Juga, ketika menyusui, maka perlu makan protein tambahan dan vitamin B12. Daging sapi tanpa lemak merupakan sumber yang sangat baik untuk kedua nutrisi tersebut.

4. Kacang-kacangan

Kacang-kacangan, terutama yang berwarna gelap seperti kacang hitam dan kacang ginjal, adalah makanan yang baik untuk ibu menyusui. Bukan saja makanan tersebut kaya akan zat besi, tetapi mereka juga merupakan sumber protein nabati yang berkualitas.

5. Bluberi

Ibu menyusui harus yakin untuk mendapatkan dua atau lebih porsi buah atau jus setiap hari. Bluberi yang kaya antioksidan adalah pilihan yang sangat baik untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi ibu menyusui.

Buah ini mengandung vitamin dan mineral dan memberikan dosis karbohidrat yang sehat untuk menjaga tingkat energi tetap tinggi.

6. Beras merah

Jika mencoba untuk menurunkan berat badan bayi, ibu mungkin tergoda untuk secara drastis mengurangi konsumsi karbohidrat. Tetapi menurunkan berat badan terlalu cepat dapat menyebabkan ASI lebih sedikit dan membuat ibu merasa lemah dan lesu.

Lebih baik untuk menggabungkan makanan sehat, seperti gandum dan beras merah dalam diet untuk menjaga tingkat energi. Beras merah juga menyediakan tubuh kalori yang memadai untuk memproduksi ASI dengan kualitas terbaik.

7. Jeruk

Jeruk adalah makanan terbaik untuk meningkatkan energi untuk ibu menyusui. Karena ibu menyusui memerlukan vitamin C bahkan lebih banyak daripada wanita hamil. Jeruk adalah makanan yang baik untuk ibu menyusui.

8. Telur

Kuning telur adalah salah satu dari beberapa sumber alami vitamin D. Vitamin D merupakan nutrisi penting untuk menjaga tulang kuat dan membantu pertumbuhan tulang bayi. Selain itu, telur juga serbaguna untuk memenuhi kebutuhan protein harian.

9. Roti gandum

Asam folat sangat penting untuk perkembangan bayi pada tahap awal kehamilan. Asam folat adalah nutrisi penting dalam ASI yang dibutuhkan untuk kesehatan yang baik bagi bayi. Roti gandum dan pasta yang diperkaya dengan folat sangat baik untuk ibu menyusui. Roti gandum juga memberikan dosis yang sehat dari serat dan zat besi.

10. Sayuran berdaun hijau

Sayuran berdaun hijau kaya dengan vitamin A, sehingga bayi juga perlu mendapatkannya dari ASI. Sayuran berdaun hijau juga merupakan sumbe kalsium,vitamin C, dan zat besi. Sayuran berdaun hijau juga mengandung antioksidan dan rendah kalori.

11. Sereal gandum

Salah satu makanan terbaik untuk meningkatkan energi untuk ibu baru di pagi hari adalah sarapan sehat dengan sereal gandum. Banyak sereal yang tersedia dan telah diperkaya dengan vitamin dan nutrisi esensial untuk membantu memenuhi kebutuhan harian.

12. Air

Ibu baru yang sedang menyusui sangat berisiko mengalami dehidrasi. Untuk menjaga tingkat energi dan produksi ASI, pastikan untuk mendapatkan asupan cairan yang cukup. Namun, hindari minuman yang mengandung kafein. Karena kafein dapat terkandung dalam ASI dan dapat menyebabkan bayi menjadi mudah marah dan sulit tidur.

PERAWATAN KOLOSTOMI

Pengertian
* Sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses (M. Bouwhuizen, 1991)
* Pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding perut untuk mengeluarkan feses (Randy, 1987)
* Lubang yang dibuat melalui dinding abdomen ke dalam kolon iliaka untuk mengeluarkan feses (Evelyn, 1991, Pearce, 1993)

Jenis – jenis kolostomi
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara permanen maupun sementara.

* Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan satu ujung lubang)

* Kolostomi temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.

Lubang kolostomi yang muncul dipermukaan abdomen berupa mukosa kemerahan yang disebut STOMA. Pada minggu pertama post kolostomi biasanya masih terjadi pembengkakan sehingga stoma tampak membesar.

Pasien dengan pemasangan kolostomi biasanya disertai dengan tindakan laparotomi (pembukaan dinding abdomen). Luka laparotomi sangat beresiko mengalami infeksi karena letaknya bersebelahan dengan lubang stoma yang kemungkinan banyak mengeluarkan feses yang dapat mengkontaminasi luka laparotomi, perawat harus selalu memonitor kondisi luka dan segera merawat luka dan mengganti balutan jika balutan terkontaminasi feses.

Perawat harus segera mengganti kantong kolostomi jika kantong kolostomi telah terisi feses atau jika kontong kolostomi bocor dan feses cair mengotori abdomen. Perawat juga harus mempertahankan kulit pasien disekitar stoma tetap kering, hal ini penting untuk menghindari terjadinya iritasi pada kulit dan untuk kenyamanan pasien.
Kulit sekitar stoma yang mengalami iritasi harus segera diberi zink salep atau konsultasi pada dokter ahli jika pasien alergi terhadap perekat kantong kolostomi. Pada pasien yang alergi tersebut mungkin perlu dipikirkan untuk memodifikasi kantong kolostomi agar kulit pasien tidak teriritasi.

Pendidikan pada pasien
Pasien dengan pemasangan kolostomi perlu berbagai penjelasan baik sebelum maupun setelah operasi, terutama tentang perawatan kolostomi bagi pasien yang harus menggunakan kolostomi permanen.
Berbagai hal yang harus diajarkan pada pasien adalah:

* Teknik penggantian/ pemasangan kantong kolostomi yang baik dan benar
* Teknik perawatan stoma dan kulit sekitar stoma
* Waktu penggantian kantong kolostomi
* Teknik irigasi kolostomi dan manfaatnya bagi pasien
* Jadwal makan atau pola makan yang harus dilakukan untuk menyesuaikan
* Pengeluaran feses agar tidak mengganggu aktifitas pasien
* Berbagai jenis makanan bergizi yang harus dikonsumsi
* Berbagai aktifitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh pasien
* Berbagi hal/ keluhan yang harus dilaporkan segera pada dokter ( jika apsien sudah dirawat dirumah)
* Berobat/ control ke dokter secara teratur
* Makanan yang tinggi serat

Komplikasi kolostomi

1.Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya sendiri di kamar mandi.

2.Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

3.Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.

4.Prolaps pada stoma
Terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat pembedahan.

5.Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma

6.Perdarahan stoma

Perawatan kolostomi


Pengertian
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan.

Tujuan
* Menjaga kebersihan pasien
* Mencegah terjadinya infeksi
* Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
* Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya

Persiapan pasien
* Memberi penjelasan pada pasien tentang tujuan tindakan, dll
* Mengatur posisi tidur pasien (supinasi)
* Mengatur tempat tidur pasien dan lingkungan pasien (menutup gorden jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur (k/P), mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar kecuali jika diperlukan untuk belajar merawat kolostomi pasien

PERSIAPAN ALAT
1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain persegi empat
2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3. Kapas kering atau tissue
4. 1 pasang sarung tangan bersih
5. Kantong untuk balutan kotor
6. Baju ruangan / celemek
7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi
8. Zink salep
9. Perlak dan alasnya
10. Plester dan gunting
11. Bila perlu obat desinfektan
12. bengkok
13. Set ganti balut

PERSIAPAN KLIEN
1. Memberitahu klien
2. Menyiapkan lingkungan klien
3. Mengatur posisi tidur klien

PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak stoma
4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset dan tangan kiri menekan kulit pasien
7. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
9. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl
10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati menggunakan kassa steril
11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar stoma
12. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring sesuai kebutuhan pasien
14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
15. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara didalamnya
16. Merapikan klien dan lingkungannya
17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18. Melepas sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Membuat laporan

Manfaat Dahsyat Cuci Tangan

KOMPAS.com -
“Sudah cuci tangan apa belum? Ayo, cuci tangan dulu!” Kalau kalimat itu sering Anda sampaikan pada si kecil, berarti Anda orangtua yang bijak dan tahu arti kesehatan. Kendati, di sisi lain mungkin si anak sebal karena terus-menerus diingatkan dan cenderung “lupa” jika tidak ditegur.
Cuci tangan memang sangat sepele kedengarannya. Sebagai suatu pekerjaan yang harus dilakukan pun, cuci tangan bukan hal berat. Tetapi manfaatnya? Luar biasa! Keuntungan yang paling sederhana dari kegiatan ini adalah membuat anak terbebas dari kuman.
Biang keladi penyakit
Seperti kita ketahui, tangan adalah bagian tubuh yang paling sering bersentuhan dengan benda-benda di sekitar kita, yang belum tentu terjamin kebersihannya. Nah, dengan mudah pula, kuman menempel di tangan kemudian berpindah ke tempat lain. Entah karena kita kemudian memegang benda lain atau bahkan menyentuh bagian tubuh kita sendiri.
Anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan tangan adalah mulut dan hidung. Alhasil, tangan yang kotor menjadi salah satu penghantar utama masuknya kuman/mikroba penyebab penyakit ke dalam tubuh. Sementara mulut dan hidung merupakan pintu masuk kuman ke dalam tubuh. Celakanya, anak kecil amat suka memegang berbagai benda bahkan memasukkan tangan atau benda apa saja ke dalam mulut mungilnya.
Banyak penyakit yang ditularkan melalui tangan, antara lain, influenza, meningitis, hepatitis A, diare, penyakit kulit, dan gangguan usus. Pada banyak kasus, anak yang menderita diare akut, bisa berujung pada kematian. Asal tahu saja, jika tangan manusia menyentuh tinja, maka akan terkontaminasi dengan lebih dari 10 juta virus dan satu juta bakteri yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
Jadi, tak bisa ditawar lagi, cuci tangan secara benar dengan menggunakan sabun, amat besar manfaatnya demi menjaga kesehatan bahkan nyawa si kecil.
Sesering mungkinKapan harus cuci tangan? Lakukan sesering mungkin! Terutama selama musim flu. Jika secara berkala mencuci tangan dengan benar, dapat mengurangi risiko terkena atau menyebarkan flu. Segera cuci tangan dengan sabun ketika:
* Sebelum dan sesudah menyiapkan makanan/masakan. Ini dapat mengurangi risiko terkena atau menyebarkan bakteri yang menyebabkan makanan beracun. Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengolah masakan dari jenis unggas, telur mentah, daging, atau seafood.
* Sebelum dan sesudah makan.
* Usai buang air kecil/besar. Juga sehabis mengganti popok si kecil.
* Sesudah bersin, batuk, membuang ingus.
* Sehabis memegang barang yang kotor.
* Usai menggunakan telepon, bersalaman.
* Setelah main/memegang/memberi makan binatang peliharaan.
* Sehabis bepergian, main di luar rumah, berkebun, dan kegiatan lainnya.
Sekali lagi, jangan anggap remeh manfaat dahsyat mencuci tangan. Jangan pernah bosan pula mengingatkan anak untuk melakukannya, termasuk memberi contoh pada si kecil. Hanya dengan sekian detik mengorbankan waktu untuk cuci tangan, kita tak perlu buang-buang waktu (dan uang) karena harus terbaring di rumah sakit.
Cara tepat cuci tangan
1. Cuci tangan dengan air (akan lebih sempurna jika airnya hangat) yang mengalir dan gunakan sabun. Tak perlu harus sabun khusus antibakteri, namun lebih disarankan sabun yang berbentuk cairan.
2. Gosok tangan setidaknya selama 15-20 detik.
3. Bersihkan bagian pergelangan tangan, punggung tangan, sela-sela jari, dan kuku.
4. Gunakan tisu/handuk sebagai penghalang ketika mematikan keran air karena bagian itu sudah menjadi kotor saat Anda membuka/memutarnya ketika akan mencuci tangan.

Asuhan Keperawatan Ca Pankreas

2.1. Definisi
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama: menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). (Sylvia, 2006). Kanker berawal dari kerusakan materi genetika atau DNA (Deoxyribo Nuclead Acid) sel. Satu sel saja yang mengalami kerusakan genetika sudah cukup untuk menghasilkan suatu jaringan baru, sehingga kanker disebut juga penyakit seluler (Tjokronegoro, 2001).
Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal. (Doegoes, 2000).
Kanker Pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel Yang melapisi saluran pankreas. Sekitar 95% tumor ganas pankreas merupakan adenokarsinoma. Tumor-tumor ini lebih sering terjadi pada laki-laki dan agak lebih sering menyerang orang kulit hitam. Tumor ini jarang terjadi sebelum usia 50 tahun dan rata-rata penyakit ini terdiagnosis pada penderita yang berumur 55 tahun. (Brunner & Suddarth, 2001).
2.2. Etiologi
Adapun etiologi dari Kanker Pankreas yaitu :
1. Faktor Resiko Eksogen
Merupakan adenoma yang jinak dan adenokarsinoma yang ganas yang berasal dari sel parenkim (asiner atau sel duktal) dan tumor kistik. Yang termasuk factor resiko eksogen adalah makanan tinggi lemak dan kolesterol, pecandu alkohol, perokok, orang yang suka mengkonsumsi kopi, dan beberapa zat karsinogen.
2. Faktor Resiko Endogen
Contohnya : Penyakit DM, pankreatitis kronik, kalsifikasi pankreas (masih belum jelas, Setyono, 2001)
Penyebaran kanker/tumor dapat langsung ke organ di sekitarnya atau melalui pembuluh darah kelenjar getah bening. Lebih sering ke hati, peritoneum, dan paru. Tapi agak jarang pada adrenal, Lambung, duodenum, limpa. Kolestasis Ekstrahepatal. Kanker di kaput pankreas lebih banyak menimbulkan sumbatan pada saluran empedu disebut Tumor akan masuk dan menginfiltrasi duodenum sehingga terjadi perdarahan di duodenum. Kanker yang letaknya di korpus dan kauda akan lebih sering mengalami metastasis ke hati, bisa juga ke limpa. (Setyono, 2001).

2.3. Insiden
Insiden kanker pankreas terus meningkat sejak 20 hingga 30 tahun yang lalu, khususnya pada orang-orang yang bukan kulit putih. Kanker pankreas merupakan penyebab kematian terkemuka pada urutan ke-4 di Amerika Serikat dan paling sering ditemukan pada usia 60 – 70an tahun. Kebiasaan merokok, kontak dengan zat kimia industri atau toksin dalam lingkungan, serta diet tinggi lemak,daging atau pun keduanya. Memiliki hubungan dengan peningkatan insidens kanker pankreas meskipun peranannya dalam menyebabkan kelainan keganasan ini masih belum jelas seluruhnya. Risiko kanker pankreas akan meningkat bersamaan dengan tingginya kebiasaan merokok. Pankreas dapat pula menjadi tempat metastasis dari tumor lain. (KMB Brunner & Suddarth, 2001).

2.4. Gejala Klinis
Penyakit kanker pankreas dapat tumbuh pada setiap bagian pankreas, adalah pada bagian kaput, korpus atau kauda dengan menimbulkan gejala klinis yang bervariasi menurut lokasi lesinya dan bagaiman pulau langerhans yang mensekresikan insulin.
Tumor yang berasal dari kaput pankreas (yang merupakan lokasi paling sering) akan memberikan gambaran klinik tersendiri. Dalam kenyataannya, karsinoma pankreas memiliki angka keberhasilan hidup 5 tahunan, paling rendah bila dibandingkan dengan karsinoma lainnya. (Tjokronegoro, 2001)
Gejala khas yaitu :Nyeri pada abdomen yag hebat khususnya pada epigastrium. Rasa sakit dan nyeri tekan pada abdomen yang juga disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas sehingga timbul rangsangan pada ujung-ujung saraf. Karena sumbatan pada duktus koledikus Ikterus .
Kadang-kadang timbul perdarahan gastrointestinal yang terjadi akibat erosi pada duodenum yang disebabkan oleh tumor pankreas.Gangguan rasa nyaman menyebar sebagai rasa nyeri yang menjengkelkan ke bagian tengah punggung dan tidak berhubungan dengan postur tubuh maupun aktivitassinoma pankreas. Serangan nyeri dapat dikurangi dengan duduk membungkuk. Dimana sel-sel ganas dari kanker pancreas.
Umumnya terjadi ansietas sering terlepas dan masuk ke dalam rongga peritoneum sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya metastasis. Timbulnya gejala defisiensi insulin yang terdiri atas glukosuria, Diabetes dapat hiperglikemia dan toleransi glukosa yang abnormal menjadi tanda dini kanker pankreas.

2.5. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Anemia karena terjadi defisiensi zat besi, nutrisi, perdarahan per anal.
- Amylase serum meningkat.
- TES faal hati bilirubin, serum, SGT, SGOT
- Kadar glukosa darah > 20 %.
2. Pemeriksaan Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen akan terasa suatu massa epigastrium. Letak tumor pada peritoneal. Pada beberapa pasien dapat di raba adanya pembesaran kandung empedu, hepatomegali (akibat bermetastasis). Bila ditemukan asites maka akan terjadi invasi ke peritoneum.
3. Pemeriksaan Radiologi
ong Pancreatography).
®Yang paling baik adalah dengan menggunakan ERCP (Endoscopic Retrogade Cholangi
Dengan memasukkan media control ke dalam canula melalui papilla vateri ke  PTC
è merupakan tindakan® Duodenoskop èdalam duktus pankreatikus.  lain yang dapat dilakukan®(Percutaneous Transhepatic Cholangiography)  untuk mengenali obstruksi saluran empedu oleh tumor pankreas. Apabila ada tanda kolestasis ekstrahepatik di ujung duktus koledikus yang ®tumpul. Ultrasonografi
a. Tanda Primer yaitu pembesaran local pankreas, densitas gema massa yang tampak rendah homogen, pelebaran saluran pankreas pada kaput timbul gejala pelebaran saluran empedu.
b. Tanda sekunder
4. Pemeriksaan Endoskopi
Akan tampak pendesakan antrum lambung ke ventral.
a. Duodenoskopi
Bila terlihat pembesaran organ di sekitar kurva duodenal yang berbenjol, dengan disertai vaskularisasi.
b. Laparaskopi
5. Pemeriksaan CT
Dapat dilakukan untuk menentukan apakah tumor tersebut masih dapat diangkat melalui pembedahan. Pada pelebaran saluran pankreas sebagai akibat sumbatan di kaput.
6. Terapi dengan Suportif
Untuk pasien yang sudah memperlihatkan tanda kolestasis ekstrahepatik maka dilakukan dekompresi dengan cara pengisapan cairan empedu.
7. Prognosis
Pada fase lanjut, prognosis jelek terutama pada pasien yang sama sekali  Bila yang masih dikpresi, hidupnya
®tidak mendapatkan terapi apapun. dapat diperpanjang.

2.6. Penatalaksanaan
Tindakan bedah yang harus dilakukan biasanya cukup luas jika kita ingin mengangkat tumor terlokalisir yang masih dapat direseksi. Namun demikian, terapi bedah yaitu definitive (eksisi total lesi) . sering tidak mungkin dilakukan karena pertumbuhan yang sudah begitu luas. Tindakan bedah tersebut sering terbatas pada tindakan paliatif.
Meskipun tumor pankreas mungkin resisten terhadap terapi radiasi standar, pasien dapat diterapi dengan radioterapi dan kemoterapi (Fluorourasil, 5-FU) . jika pasien menjalani pembedahan, terapi radiasi introperatif (IORT = Intraoperatif Radiation Theraphy) dapat dilakukan untuk memberikan radiasi dosisi tinggi pada jaringan tumor dengan cedera yang minimal pada jaringan lain serta dapat mengurangi nyeri pada terapi radiasi tersebut.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala : Kelemahan dan atau keletihan
Perubahan pada pola istirahat & jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempeiatan. Pekerjaan mempengaruhi tidur, mis nyeri, ansietas, berkeringat malam, serta Keterbatasan partisipasi dalam melakukan kegiatan
Pekerjaan dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi.
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengerahan kerja.
Kebiasaan : Perubahan pada TD
c. Integritas Ego
Gejala : Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stress, mis: merokok, minum alkohol, keyakinan/religious. Masalah tentang perubahan dalam penampilan, mis : lesi cacat, alopesia, pembedahan. Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan control, serta depresi.
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
d. Cairan/Makanan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (mis: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah, Intoleransi makanan Perubahan pada BB, penurunan BB hebat, berkurangnya massa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban / turgor kulit, mis edema.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi mis: ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat.
f. Pernapasan
Gejala : Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok).
g. Keamanan
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen.
Pemajanan matahari lama / berlebihan.
Tanda : Demam, Ruam kulit, ulserasi.

3.2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien kanker pankreas yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi pankreas.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan obstruksi saluran cerna.
3. Nutrisi, perubahan berhubungan dengan penurunan pemasukan oral.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi penyakit atau ketidaktahuan tentang penyakit tersebut.

3.3. Intervensi
a. Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan obstruksi pankreas.
Tujuan : Kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan tidak ada nyeri
Intervensi :
1) Tentukan riwayat nyeri, mis: Lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas.
2) Evaluasi terapi tertentu, mis : pembedahan,radiasi, kemoterapi.
3) Berikan tindakan kenyamanan dasar (mis : reposisi) dan aktivitas hiburan Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan.
4) Evaluasi penghilang nyeri/control.
b. Diagnosa 2 : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan obstruksi saluran cerna.
Tujuan : Kebutuhan jaringan metabolic di tingkatkan begitu juga dengan cairan
Dapat mentriger respons mual/muntah. Mual/muntah psikogenik terjadi sebelum kemoterapi mulai secara umum tidak berespons terhadap obat antiemetic
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan perasaan nyaman dan bertenaga
Intervensi :
1) Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan pasien menyimpan buku harian tentang makanan sesuai indikasi.
2) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
3) Control faktor lingkungan
4) Mengidentifiksikan kekuatan/defisiensi nutrisi
5) Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang di antisipasi.
c. Diagnosa 3 : Nutrisi, perubahan berhubungan dengan penurunan pemasukan oral.
Tujuan : Membantu dalam memelihara kebutuhan cairan dan menurunkan resiko efek samping yg membahayakan.
Kriteria Hasil : Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi.
Intervensi :
1) Pantau masukan dan haluan dan berat jenis.
2) Pantau tanda vital.
3) Dorong peningkatan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi individu. Keseimbangan cairan negative terus-menerus, menurunkan haluan renal.
4) Observasi terhadap kecenderungan perdarahan.
d. Diagnosa 4 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi penyakit atau ketidaktahuan tentang penyakit tersebut.
Tujuan : Membantu mengidentifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan kesenjangan
Kriteria Hasil : Klien mengungkapkan rasa keingintahuannya tentang penyakit yang dideritanya dan klien mengerti tentang penyakitnya.
Intervensi :
1) Tinjau ulang pasien/orang terdekat pemahaman diagnosa.
2) Tentukan persepsi pasien tentang kanker dan pngobtan kanker.
3) Berikan pedoman antisipasi pada pasien/orang terdekat mengenai menvalidasi tingkat pemahaman saat ini.
4) Mengidentifikasi kebutuhan belajar.
5) Membantu mengidentifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi, dan kesenjangan.
Gejala khas dari kanker pankreas adalah :
a. Nyeri pada abdomen yag hebat khususnya pada epigastrium.
b. Ikterus
c. Kadang-kadang timbul perdarahan gastrointestinal
d. Timbulnya gejala defisiensi insulin yang terdiri atas glukosuria, hiperglikemia dan toleransi glukosa yang abnormal menjadi
èDiabetes dapat tanda dini kanker pankreas.
II. Konsep keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien kanker pankreas yaitu :
1. Nyeri berhubungan dengan obstruksi pankreas.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan obstruksi saluran cerna.
3. Nutrisi, perubahan berhubungan dengan penurunan pemasukan oral.
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi penyakit atau ketidaktahuan tentang penyakit tersebut.
 

(c)2009 safitri. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger